2010/08/20

PANGERAN LIMA SENJATA DAN SI RAMBUT-LENGKET {Senjata Batu Intan}

Jataka 55

Suatu ketika, Sang Boddhisatva terlahir sebagai putra Raja dan Ratu Benares. Pada hari pemberian nama, 800 peramal diudang ke istana. Dan sebagai hadiah, mereka diberi apapun yang mereka inginkan untuk menyenangkan mereka. Dan mereka diminta untuk meramalkan nasib sang pangeran kecil, agar mereka dapat memberikan nama yang sesuai untuknya. Salah satu peramal ahli dalam membaca tanda tanda di badan. Ia berkata, "Tuanku, ini adalah berkah dari jasa-jasa anda. Dia akan menjadi raja penerus kerajaan ini." Para peramal itu sangat pandai. Mereka mengatakan apapun yang ingin diketahui raja dan ratu. Mereka mengatakan, "Anakmu akan menjadi ahli 5 senjata. Dan akan menjadi orang terhebat dalam menguasai 5 senjata ini di seluruh India." Berdasarkan hal ini, raja dan ratu memberi nama kepada anaknya 'Pangeran Lima Senjata'

Saat pangeran berusia 16 tahun, raja memutuskan agar ia pergi belajar. Dia berkata, "Pergilah anakku, ke kota Takkasila. Disana kamu akan menemui guru yang paling terkenal. Pelajari apapun yang kamu bisa darinya. Dan berikan uang ini sebagai pembayarannya". Dia memberikan seribu uang emas dan mengantarkan perjalanannya. Pangeran pergi ke guru terkenal di Takkasila ini. Dia belajar dengan rajin dan menjadi murid terbaik sang guru. Saat sang guru telah mengajarkan semua ilmu yang dimilikinya, dia memberikan pangeran hadiah khusus untuk kelulusannya. Dia memberikan sang pangeran lima buah senjata dan mengembalikan sang pangeran ke Benares.

Dalam perjalanan pulang, dia melewati hutan yang dihuni oleh raksasa. Para penduduk memperingatkan Pangeran Lima-Senjata, "Anak muda, jangan lewati hutan itu. Disana ada raksasa mengerikan yang bernama Rambut-Lengket. Dia membunuh semua yang dilihatnya!" Tetapi sang pangeran percaya diri dan tidak takut bagaikan seekor singa muda. Sehingga dia memasuki hutan, dan akhirnya menemui raksasa yang menakutkan itu. Raksasa itu setinggi pohon, dengan kepala sebesar atap rumah dan matanya sebesar piring makan. Dia memiliki dua taring kuning dan besar yang kelihatan keluar dari mulutnya yang menyeringai dengan giginya yang coklat jelek. Dia memiliki perut yang sangat besar dan bertotol-totol putih serta memiliki tangan dan kaki berwarna biru. Raksasa itu meraung dan menggeram kepada sang pangeran, "Kemana kau akan pergi, manusia kecil? Kamu kelihatannya enak sekali. Aku akan menelan kamu!" Pangeran baru menyelesaikan pelajarannya dan telah memenangkan penghargaan tertinggi dari gurunya. Sehingga ia merasa telah mengetahui segalanya, dan dapat melakukan segalanya. Dia menjawab, "Oh mahluk kejam, aku adalah Pangeran Lima-Senjata, dan aku sengaja datang ke sini untuk menemui kamu. Aku menantang kamu beradu kekuatan! Aku akan membunuh kamu hanya dengan dua senjata - busur dan panah beracunku." Kemudian dia membidik panahnya ke raksasa itu. Tetapi panah itu lengket ke rambutnya, seperti lem, tanpa melukai raksasa itu sama sekali. Kemudian pangeran terus membidik raksasa sampai 50 panah beracunnya habis. Tetapi semuanya langsung lengket ke rambutnya, sehingga dinamai Rambut-Lengket. Kemudian mahluk itu mengguncangkan badannya, dari kepalanya yang jelek seukuran atap rumah sampai kakinya yang berwarna biru. Dan semua panah itu jatuh ke tanah.

Pangeran Lima-Senjata memakai senjatanya yang ketiga, pedang sepanjang 33 inchi. Dia menusukkannya ke musuhnya. Tetapi pedang itu juga langsung lengket ke rambut yang lengket dan tebal itu. Kemudian dengan senjata keempatnya, dia menombak si raksasa, dan langsung melekat di rambut lengket. Setelah itu, ia menyerang dengan senjata terakhirnya yang kelima, dan langsung tongkatnya juga lengket ke rambut itu. Kemudian sang pangeran berteriak, "Hey kamu, raksasa, pernahkan kamu mendengar namaku, Pangeran Lima-Senjata? Aku memiliki lebih dari lima senjata. Aku memiliki kekuatan dari badanku yang muda. Akan kupatahkan badanmu berkeping-keping!" Dia memukul Rambut-Lengket dengan kepalan kanannya, seperti petinju. Tetapi tangannya lengket ke rambutnya, dan tak bisa melepaskannya. Kemudian dia memukul dengan tangan kirinya, tetapi ini juga melekat erat di rambut itu. Kemudian dia menendang dengan kaki kiki kemudian kaki kanan, seperti ahli ilmu bela-diri, tetapi keduanya juga lengket ke rambut yang berantakan itu. Kemudian dia menyerang raksasa itu dengan kepalanya sekeras mungkin seperti pegulat dan akhirnya kepalanya pun tak bisa lepas dari rambut raksasa itu.

Meskipun lengket di lima tempat, sang pangeran tetap tidak takut. Si Rambut-Lengket berpikir, "Sangat aneh, dia lebih mirip singa daripada manusia. Bahkan terjebak dengan raksasa ganas seperi aku, dia tidak takut. Selama ini, aku telah membunuh banyak orang dalam hutan ini, tak ada seorangpun seperti pangeran ini. Mengapa dia tidak takut sama sekali? Karena Pangeraa Lima-Senjata tidak seperti orang-orang lain, si Rambut-Lengket takut untuk langsung memakannya. Sehingga dia bertanya, "Anak muda, mengapa kamu tidak takut akan kematian?" Pangeran menjawab, "Mengapa aku harus takut mati? Tak ada yang meragukan setiap yang dilahirkan pasti mati!"

Kemudian Sang Boddhisatva berpikir, "Lima senjata yang diberikan oleh guru yang paling terkenal di dunia ini telah tak berguna. Bahkan kekuatanku yang seperti singa tak berguna. Di luar guruku, badanku, aku harus mendapatkan senjata dari pikiranku, satu-satunya senjata yang aku perlukan." Pangeran kemudian melanjutkan,"Ada hal kecil, hai raksasa, yang belum aku katakan kepadamu. Senjata rahasiaku ada di perutku, sebuah batu intan yang tak dapat kau cerna. Itu akan memotong ususmu sampai hancur jika kamu menelanku. Sehingga jika aku mati, maka kamu mati! Sehingga aku tak takut padamu." Dengan cara ini, sang pangeran menggunakan kekuatan kekuatan dari dalam dirinya sendiri untuk meyakinkan si Rambut-Lengket. Dia sekarang mengerti bahwa senjata terbaik ada dalam pikirannya sendiri, yaitu batu intan yang berharga yang dinamakan kecerdasan. Rambut-Lengket berpikir, "Tak salah lagi, pasti orang pemberani ini menyatakan kebenaran. Bahkan jika aku makan potongan badannya sebesar kacang polong, aku tak akan bisa mencernanya. Aku akan membebaskannya." Takut akan kematiannya sendiri, ia membebaskan Pangeran Lima-Senjata. Dia berkata, "Kau adalah orang yang hebat. Aku tak akan memakan dagingmu. Aku bebaskan kamu, seperti bulan yang muncul setelah gerhana, kau pun akan bersinar diantara sahabat dan keluargamu."

Sang Boddhisatva telah mengalami pertempuran melawan raksasa Rambut-Lengket dan telah mengetahui bahwa senjata yang paling berharga adalah kecerdasan, bukan senjata yang ada di luar. Dan dengan senjata ini, dia juga mengetahui bahwa mencabut jiwa mahluk hidup hanya akan mengakibatkan penderitaan bagi si pembunuh. Dengan penuh terima kasih dia megatakan kepada raksasa yang tak beruntung itu, "Oh Rambut-Lengket, kamu terlahir sebagai mahluk pembunuh pemakan daging, karena perbuatan jahatmu yang lampau. Kamu hanya akan pergi dari kegelapan ke kegelapan yang lain. Sekarang kamu telah membebaskan aku, kamu tak akan bisa membunuh dengan gampang. Dengarlah, membunuh mahluk hidup akan membawa kesengsaraan dalam dunia, dan kemudian akan terlahir di neraka, atau sebagai hewan atau setan kelaparan. Bahkan jika kamu cukup beruntung untuk terlahir menjadi manusia, kamu akan memiliki umur pendek!" Pangeran Lima-Senjata kemudian terus mengajar Rambut-Lengket, sehingga raksasa itu setuju menjalankan lima aturan kemoralan.

Dengan cara ini dia berubah dari raksasa menjadi peri penjaga hutan yang bersahabat. Dan ketika dia meninggalkan hutan, pangeran menceritakan tentang berubahnya raksasa itu kepada penduduk sekitar. Dan untuk selanjutnya mereka memberi makan kepadanya secara teratur dan hidup dengan damai. Pangeran Lima-Senjata kembali ke Benares. Kemudian dia menjadi raja. Akhirnya ia meninggal dan terlahir di alam yang sesuai.

Pesan moral :

Senjata satu-satunya yang kamu perlukan ada didalam dirimu sendiri.

2009/03/12

MAcam-macam nama Bodhisatva

Begitu banyak Bodhisattva yang kita puja. Namun, akan lebih baik kita mengenal lebih dekat siapa mereka. Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan informasi tentang beberapa Bodhisattva yang mungkin kita puja, tetapi kita masih kurang jelas tentang mereka. Di dalam ajaran Buddha, Bodhisattva (Pali: Bodhisatta) adalah seseorang yang mendedikasikan hidupnya untuk mencapai pencerahan. Dari asal katanya, Bodhi berarti “pencerahan” dan Sattva berarti “menjadi”, dan dapat juga merujuk pada Buddha dalam kehidupan lampaunya. Dalam tradisi Mahayana, Bodhisattva akan berusaha menjadi Buddha agar memiliki kemampuan terbaik untuk menolong semua makhluk. Begitu banyaknya jumlah Bodhisattva, berikut ini hanya beberapa contoh Bodhisattva yang pada umumnya kita puja:


1. Akasagarbha Bodhisattva (虛空藏菩薩 :Xūkōngzàng púsà), adalah salah satu dari delapan Bodhisattva besar. Mantranya: Namo Akasagarbhaya om ārya kamari mauli svāhā. Mantra ini dipercaya dapat meningkatkan kebijaksanaan bagi mereka yang membacanya.


2. Avalokitesvara atau Chenrezig (觀音 :Guānyīn), adalah Bodhisattva yang mewakili welas aih para Buddha. Dilihat dari asal katanya, Avalokota (tertampak) dan Isvara (Tuhan) dan dalam bahasa Mandari diterjemahkan sebagai Bodhisattva yang melihat dan mendengar suara dunia. Mantranya: Om Mani Padme Hum. Avalokitesvara berikrar tidak akan pernah istirahat sampai semua makhluk bebas dari samsara.


3. Mahasthamaprapta (大勢至 Da Shì Zhì), adalah Bodhisattva yang melambangkan kekuatan kebijaksanaan dan sering digambarkan bersama Avalokitesvara dan Amitabha. Tidak seperti Bodhisattva lainnya, nama Bodhisattva ini umumnya kurang dikenal. Dalam Shurangama Sutra, Mahasthamaprapta menceritakan bagaimana Beliau mendapatkan pencerahan melalui pelafalan Buddha, atau kesadaran murni terhadap Buddha secara berlanjut, untuk mencapai Samadhi.


4. Ksitigarbha (地藏王菩薩: Dìzàng Wáng Púsà), dapat diterjemahkan sebagai “Bumi tempat menyimpan ke-sepuluh sutra). Ksitigarbha sering digambarkan dengan mahkota yang terdapat Dhyani Buddha dan memgang tongkat. Bodhisattva ini memiliki ikrar, sebagai berikut: “Jika neraka tidak kosong, maka tidak akan menjadi Buddha.”


5. Maitreya, adalah Buddha yang akan datang, yang akan muncul di dunia, mencapai pencerahan, dan mengajarkan Dharma. Maitreya diturunkan dari kata maîtri, yang berarti cinta kasih. Bhiksu Pu Tai, yang hidup pada zaman Dinasti Tang. Mantranya: Om maitri maitreya maha karuna ye.


6. Manjusri (文殊師利菩薩: Wénshūshili Púsà), adalah dikenal sebagai Pangeran Dharma. Beliau mewakili kebijaksanaan, intelejensi, dan realisasi. Beliau juga disebut Manjughosa. Beliau digambarkan memegang pedang di tangan kanan yang melambangkan realisasi kebijaksanaan dan menolak pandangan salah. Mantranya: Om Ah Ra Pa Tsa Na Dhih, dipercaya memperkuat kebijaksanaan dan meningkatkan keahlian mengingat, berdebat, menulis, dan menjelaskan.


7. Samantabhadra (普賢菩薩: Pŭxián púsà), adalah Raja Kebenaran yang melambangkan praktek dan meditasi semua Buddha. Di dalam Avatamsaka Sutra, dijelaskan bahwa Beliau membuat sepuluh ikrar yang menjadi dasar praktek Bodhisattva.


8. Vajrapani (permata di tangan), adalah salah satu dari Bodhisattva terawal di tradisi Mahayana. Beliau adalah pelindung dan pemandu Buddha, melambangkan kekuatan Buddha. Vajrapani menjadi salah satu dari tiga sifat Buddha, yaitu melambangkan kekuatan. Selain itu, terdapat Avalokitesvara yang melambangkan welas asih dan Manjusri yang melambangkan kebijaksanaan.


9. Tara atau Arya Tara (Tibetan: Jetsun Dolma), umumnya leboh dikenal dalam Budhisme Tibetan. Beliau adalah ibu pembebas dan melambangkan kesuksesan dalam aktivitas dan pencapaian. Tara memiliki berbagai bentuk seperti: Tara Hijau, Putih, Merah, Hitam, Kuning, Biru, Cittamani, dan Khadiravani. Mantra Tara: Om Tare Tu Tare Ture Svaha


10. Skanda Bodhisattva, (韋馱菩薩; Wei Tuo Pu Sa), sebagai Bodhisattva yang dihormati sebagai penjaga Dharma di monastery. Beliau adalah satu dari dua puluh empat Bodhisattva penjaga. Dalam sutra Cina, biasanya gambar Bodhisattva ini ditemukan di akhir, mengingat ikrarnya untuk melindungi Dharma.


11. Sangharama Bodhisattva (伽藍菩薩: Qíelán Púsà), dihormati sebagai Bodhisattva dan pelindung Dharma. Beliau adalah penjaga vihara dan rupangnya berada di sebelah kiri, berlawanan dengan Skanda Bodhisattva yang berada di kanan.
Selain di atas, masih banyak lagi nama-nama Bodhisattva yang dipuja dan dihormati. Namun, sesungguhnya kita perlu menyadari bahwa selain melakukan pemujaan, kita harus meneladani sifat-sifat Mereka. Kita menjadikan Mereka figur, berjuang tanpa henti untuk menjadi seperti Mereka demi menolong semua makhluk bebas dari lautan penderitaan menuju ke pantai seberang.

Ratana Sutta


Ketika itu, di kota Vesali mengalami wabah kelaparan yang mengakibatkan banyakkorban kematian bagi penduduknya terutama kaum miskin. Karena adanya mayat yang membusuk, roh jahat mulai bergentayangan di kota itu; yang kemudian diikuti dengan wabah campak. Mewabahnya ketiga jenis ketakutan ini: kelaparan, mahluk halus, dan campak mengakibatkan penduduk mencari bantuan kepada Sang Buddha yang saat itu berdiam di Rajagaha.

Diikuti dengan sejumlah besar Bhikkhu termasuk Yang Mulia Ananda, pengikut setiaNya, Sang Buddha datang ke kota Vesali. 'I'ibanya Sang Buddha diikuti dengan hujan teramat lebat dan deras, yang menyapu semua mayat membusuk hingga udara menjadi jernih dan kotamenjadi bersih.
Setelahnya, Sang Buddha membabarkan Sutta Permata (Ratana Sutta) ini kepada Yang Mulia Ananda, dan memberikan perintah kepadanya mengenai bagaimana la harus berkeliling kota bersama penduduk Licchavi membaca Sutta untuk tanda perlindungan bagi penduduk Vesali. Yang Mulia Ananda mengikuti perintah tersebut dan memercikkan air suci dari mangkok Sang Buddha kepada penduduk kota.
Karenanya. semua roh jahat terusir dan wabah campak-pun menyusut. Kemudian, Yang Mulia Ananda bersama penduduk Vesali kembali ke Balai Umum, tempat Sang Buddha dan pengikutnya berkumpul menanti kedatangannya. Di sana Sang Buddha membacakan Sutta Permata tersebut kepada semua yang berkumpuL

2009/03/11

PErayaan hari waisak

Amituofo teman-teman sebentar lagi waisak akan tiba.
Semoga kita dapat selalu sukses dan bahagia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Hari raya Waisak atau Waisaka merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta.[1] Di beberapa tempat disebut juga sebagai "hari Buddha".

Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu

1. lahirnya Pangeran Siddharta di Taman Lumbini di tahun 623 S.M.,
2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di Buddha-Gaya (Bodhgaya) pada usia 35 tahun di tahun 588 S.M., dan
3. Buddha Gautama mangkat di Kusinara pada usia 80 tahun di tahun 543 S.M.

Tiga peristiwa ini dinamakan "Trisuci Waisak". Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam persidangan pertama Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists - WFB) di Sri Langka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama di bulan Mei.

Waisak sendiri adalah nama salah satu bulan dalam penanggalan India Kuna.

2009/03/07

Melaksanakan Buddha Dhamma

Pada dasarnya orang yang ingin pulang ke rumah tidak sekedar memikirkan perjalanan yang akan dilalui. Mereka harus benar-benar melakukan proses perjalanan tahap demi tahap, dan pada arah yang benar sampai akhirnya tiba di rumah. Jika mengambil mengambil arah yang salah, mereka mungkin akan mengalami bnanyak kesulitan misalnya berjumpa dengan raqwa atau hambatan-hambatan lainnya yang sulit dilalui. Mereka akan mengalami situasi yang berbahaya jika salah arah, maka bias jadi mereka tidak akan pernah sampai di rumah.

Mereka tiba di rumah dengan selamat bias beristirahat dan tidur nyenyak. Rumah adalah tem pay yang nyaman bagi batin dan jasmani. Kini mereka benar-benar telah tiba di rumah, jika melewati pintu depan saja, atau jika hanya mengelilingi rumah, mereka tidak akan menarik manfaat apapun dari perjalanan yang telah dilakukan.

Demikian juga, menempuh jalan untuk mencapai Buddha Dharma adalah sesuatu yang mengharuskan kita sendiri untuk melakukannya. Kita harus menempuh jalan moral, konsentrasi dan jalan kebijaksanaan secara keseluruhan, sehingga memperoleh cinta kasih dan kedamaian batin, yang merupakan buah dari perjalanan ini.

Buku dan kitab suci, ritualdan sutra, emua ini hanyalah peta pembantu dalam perjalanan, kita hanya membuang waktu, tanpa mendapatkan manfaat sebenarnya sari prakteknya.

Seorang guru Cuma menunjukkan arah dari jalan. Setelah mendengarkan petunjuknya, semua berpulang kepada diri sendiri, apakah akan menempuh jalan tersebut dengan cara melatih diri, hingga dapat memtik buahnya, tidak.

Penyakit batin bias menghinggapi kita semua tanpa terkecuali. Kita sering berpikir.

Kekuatan Penyesalan



Setiap orang mempunyai benih kebuddhaan. Jika seseorang dapat menghadapi kenyataan dengan berani, mawas diri dan menyesali kesalahan yang dilakukan, maka ia dapat menjadi lebih baik dari hari ke hari.

Penyesalan yang sungguh-sungguh yaitu menghapus jejak pikiran jahat yang pernah hadir di dalam batin. Menyesal berarti mau berubah menjadi lebih baik.

Penyesalan adalah pengakuan yang sekaligus membersihkan polusi di dalam batin kita.

Bagaimana cara seseorang menghargai hidup dan dirinya? Jawabannya: kerendahan hati dan rasa malu.

Diri sendirilah pelindung diri ini, karena kepada siapa lagi anda akan berlindung? Dengan mengendalikan diri-sendiri, seseorang akan memperoleh perlindungan yang sukar didapat.

Dengan mawas diri seseorang bisa maju. Bila hanya mengejar pemuasan nafsu, Anda niscaya akan jatuh dan mengalami kemunduran. Mengingat kesalahan
Namo buddhaya teman-teman

Laman